Sebelum aku memulai kisah ini, aku akan menyamarkan semua nama
termasuk namaku sendiri karena aku tidak mau nantinya aku menerima
malapetaka dikemudian hari. So, cerita kumulai sekarang ya?
Hari
itu sabtu, pas dalam minggu dihari kelahiranku yang ke-17, jadi orang
tuaku sengaja mengadakan pesta Ulang Tahun untukku, anak lelaki
satu-satunya. Maklum saja aku anaknya pemalas banget soal pesta-pestaan,
alias kutu buku banget dan smart di sekolah, berbeda dengan kakak
perempuanku yang satu-satunya juga, badung dan ogah-ogahan kalau disuruh
belajar (padahal pintar juga sekolahnya loh, sampai lulus SMU dia
tidak pernah lolos dari urutan 10 besar dalam ranking sekolahnya).
Dasar
kakak cewekkku ini badung, dia tidak ada selama sore hari saat
berlangsungnya pesta, kemana ya, aku juga jadinya agak sedih sedikit.
Bukan mengharapkan kado darinya, tapi dengan kehadirannya saja aku tentu
akan sangat senang sekali, karena minimal aku bisa memperlihatkan pada
teman-teman cewekku di sekolah (yang kuundang ke pestaku) bahwa
dikeluargaku juga ada cewek kecenya yang tidak kalah kece dari semua
teman paling kece di sekolahku).
Pas acara sudah mau
berakhir, yaitu acara disco bebas, aku lagi bengong-bengong melihat
teman-temanku ajojing, nah kakak cewekku satu-satunya pulang juga. Wah
happy banget aku, maklum saja kami memang cuma 2 bersaudara, tidak
punya saudara kandung lain. Dia sih sudah kuliah tahun ke-2, sedangkan
aku masih SMU kelas 2.
“Jon.. selamat Ulang Tahun yah..
sorry aku kagak bawa kado..” kata Fifi sambil mengajukan tangannya
untuk bersalaman setelah melihat tumpukan kado di atas meja. Wah dia
pulang saat temanku belum bubar saja aku sudah happy banget, boro-boro
mikirin kado deh, habis salaman kupeluk kakakku dengan kegirangan (kami
memang akrab sekali sebenarnya, jadi biasa saja pelukan). Kakakku
tidak lupa memberikan sesuatu yang membuatku kaget juga, yaitu ciuman
di pipi kiri-kanan di depan teman-temanku. Gile bener.. akrab sih akrab
sama kakak, tapi untuk ciuman baru kali ini kuterima sejak beranjak
dewasa. Di belakang sih terdengar suara tepuk tangan dari
teman-temanku. Mungkin bagi yang belum kenal dipikirnya pacarku datang
kali, tapi bagi yang sudah tahu yah entah apa pikirannya deh. Habis
biarpun kakakku tingginya 170 cm, tetap saja kalah tinggi denganku yang
175 cm saat itu.
Kadang-kadang, aku memang suka
membayangkan bentuk tubuh Fifi. Soalnya memang dia kece sih. Terlebih
sejak aku mengalami mimpi basah pertama kali waktu SMP 1 dulu. Lah yang
kuimpikan saja kakakku kok, si Fifi ini. Wajahnya seperti artis
Hongkong deh, putih cantik dan benar-benar kece berat pokoknya. Paling
hebat saat aku melihat dia cuma berbikini saat berenang, selebihnya wah
cuma dalam mimpi. Sedangkan untuk pacaran. Wah aku belum berani,
soalnya cita-citaku ranking satu terus, dan idolaku yah si Fifi yang
sudah muncul sejak mimpi basah pertama kali dulu. Heran yah?
Waktu
mau bubaran pestanya, temanku yang jadi DJ iseng banget, dia muterin
lagu buat slow dance, dan aku disuruh mengajak cewek pilihanku
(biasanya sih kalau saat-saat begini, yang ultah ngajak orang yang di
taksirnya untuk berdansa) turun dan memperkenalkan pada seluruh tamu,
wah brengsek. Memang gosipnya ada beberapa cewek yang naksir padaku di
sekolah, tapi aku cuek bebek, kurang begitu peduli sama mereka semua,
padahal mereka-mereka itu kece dan cantik-cantik juga loh, dan rebutan
cowok-cowok di sekolahku. Bukan apa-apa, kalau aku naksir yang satu kan
yang lain bakalan hilang, mundur teratur, nah mendingan aku tidak
memilih satu orangpun? jadinya bisa nempel sama semua cewek kece.
Nah
teman brengsek ini menyuruhku untuk mengajak satu cewek untuk slow
dance, seolah mengumumkan siapa cewek pilihanku. Yah sulit dong.. Gile
juga.. Tapi akalku jalan cepat sekali, si Fifi kudatangi walaupun lagi
mojok di dekat orang tuaku (tapi tidak ngobrol, jadi bagi yang belum
kenal Fifi, tetap saja menganggap Fifi cuma temanku). Fifi agak terkejut
sedikit waktu tahu dan sadar dia yang kuajak slow dance, tapi belum
berkomentar apa-apa. Begitu kami masuk ke tengah-tengah arena slow
dance, di tengah kerumunan pasangan lain baru Fifi berbisik, “Jon… kok
ngajak aku slow dance-nya sih?”
“Iya Fi.. aku belum punya cewek sih..”
“Kan banyak teman elu yang kece-kece tuh..” masih sambil berbisik.
“Yang kece sih banyak Fi.. tapi yang sekece kamu mana ada..” rayuku pada kakak sendiri.
“Gelo loh.. cewek kece banyak begitu disia-siakan..”
“Beneran Fi.. nggak ada yang cantik dan dewasa seperti kamu, semuanya ABG doang..”
Fifi
tidak menjawab lagi, tapi menaruh kepalanya pada pundakku. Harum
rambutnya yang tadi sore keramas bercampur dengan sedikit keringat
kepalanya di hidungku begitu merangsangnya. Begitu kugeser kepalaku
sedikit mendekati telinganya lagi, kali ini makin jelas aku mencium
parfum si Fifi yang dipakai pada belakang telinga. Kakakku ini seru loh,
suka memakai parfum lelaki! Dan aku mengikuti dia dalam merk parfum.
Cuma berhubung bau badan kami beda dikit yah tetap saja aku terangsang
mencium bau campuran parfum dan bau badan Fifi. Batang kemaluanku
ngaceng berat waktu itu.
Begitu Fifi sadar, aku membaui
sekitar belakang telinganya, dia memelukku lebih erat lagi. Alamak..
Cukup terasa juga payudaranya menekan dadaku. Wow.. empuk-empuk nikmat
(memang nikmat?!) Pokoknya menimbulkan sensasi tersendiri. Mungkin yang
merasakan nikmat si cewek kali kalau bersentuhan dada begitu. Aku
sebagai lelaki sih rasanya enak-enak saja.
Sepanjang lagu
yang satu itu, tanganku yang tidak memegang tangan Fifi kusuruh
menjelajahi punggungnya. Dari dekat lehernya sampai ke pinggangnya.
Berhubung Fifi memakai gaun malam mini, yah dia tidak perlu pakai
rok-rok segala dong, kan jadi satu sama atasan, eh baju terusan itu.
Mini tuh maksudku masih setinggi pertengahan paha. Nah saat aku
mengusap-usap pinggang Fifi, aku tidak begitu merasakan adanya garis
celana dalamnya.
Timbul niat isengku pada kakak sendiri, sekalian mau tahu juga.
“Fi.. kamu nggak pakai celana dalam yah?” kataku sambil berbisik di telinganya.
“Eh.. enak saja.. aku pakai tahu.. nakal loh Jon nanyanya!” jawab Fifi sambil berbisik.
“Kok nggak berasa dipegang Fi.. batas celana dalamnya..” bisikku lagi penasaran.
“Coba elu rabanya turun lagi dikit..” balas Fifi sambil berbisik juga.
Lalu
kuraba mengikuti petunjuknya, kali ini buah pantatnya terpaksa harus
kuraba-raba. Dan merabanya makin turun saja. Benar juga, akhirnya
ketemu dan kutelusuri garis batas celana dalamnya. Dilihatin orang nih
dansanya. Nekat kali aku meraba makin ke bawah. Ha! Gile apa.. ini kakak
sendiri friends. Rabaanku berjalan ke samping saja, menelusuri
pelan-pelan garis celana dalam Fifi yang memang sepertinya cuma segaris
itu. Oh.. aku tahu sekarang, celana dalamnya model tali saja dan
dipakainya berbentuk V.
“Fi.. celana dalam elu modelnya aneh banget sih.. makanya kukirain tadi kagak pake celana,” kataku masih berbisik.
“Makanya elu cari pacar dan pacaran.. nanti jadinya tahu..” balas Fifi masih bisik-bisik saja.
“Kalo pacarku seperti kamu sih boleh saja Fi..” balasku mesra.
Wah pembaca, jangan heran kami bisa ngomong bebas begini kan karena memang akrab.
Dalam
kepalaku timbul juga perasaan cemburu sedikit saat itu. Wah.. sialan
siapa saja nih yang sudah pegang-pegang si Fifi sampai dia perlu pakai
celana dalam sexy seperti itu. Sialan… mau kuhajar saja rasanya. Belum
tahu kali tuh cowok, adiknya Fifi jagoan taekwondo, karate sekaligus
Merpati Putih.
Eh lagi enak-enak memeluk Fifi sambil
goyang-goyang lagunya habis.. sialan, temanku mengganti jadi disco
lagi. Yah sudah bubaran deh slow dance-ku dan Fifi. Aku masih
melihat-lihat teman yang lain, si Fifi menghilang entah kemana. Karena
acara terakhir pesta rumahan adalah disco, yah tidak lama setelah itu
bubar deh pestanya, masak anak SMU pesta di rumahan sampai lewat jam 12
malam sih? nggak sopan dong (anak ranking 1 nih yang bilang, aku!).
Persis
jam 12 lewat 5 menit, teman terakhir sudah tidak kelihatan mobilnya.
Aku yang capek banget rasanya mau tidur saja deh, sambil mikirin Fifi.
Kemana yah dia? Urusan kado besok saja lah. Tidak mungkin ada yang
ngambil ini. Aku naik ke atas dan langsung masuk ke kamarku. Melepaskan
pakaian dulu lalu masuk kamar mandi pribadi dan bersih-bersih. Masih
bugil aku balik ke ruangan ranjang. Ah biasanya tidur pakai CD, kali
ini mau nyobain bugil ah, sudah gede ini, kan 17 tahun. Yah badanku
yang gede dan anuku juga cukup gede kok. Panjangnya sih cuma 15 cm
saja.
Karena AC kamarku cukup dingin, aku biasa tidur
memakai selimut (Tidak lucu sebenarnya, kalau memahami kesehatan, saat
tidur itu bagusnya tubuh kita tidak dalam keadaan ‘terikat’ dan udara
yang kita hirup sebaiknya memang sekitar 18-24 derajat celsius. Jangan
lebih panas dan jangan lebih dingin. Itu baru tidur sehat. Eh ini kata
dokter Joni loh hehehe coba saja iseng tanya dokter beneran.) Kan
bule-bule dalam film banyak yang tidur bugil toh?
Masih
berbaring, pikiranku melamun pada peristiwa slow dance bersama Fifi,
kakak tercintaku. Saat dance tadi aku sih lupa apakah ngaceng atau
nggak, tapi saat mikirin aku inget. Ngaceng kenceng! Gile kupegang si
Junior, malah makin bikin tenda di selimutku jadinya. Yah kuusap-usap
sayang deh juniorku. Tentu saja sambil membayangkan bagaimana bentuk
tubuh si Fifi yang polos dalam keadaan bugil sepertiku, apalagi sambil
menari bareng. Wow.. asyik loh.
Aku berhayal.. Tubuh si
Fifi mulus tanpa cacat (sepertinya memang belum pernah luka sih, paling
bekas suntikan cacar di pahanya) payudaranya yang lumayan mantap kalau
dipegang, dengan puting cukup besar sehingga enak dikulum. Lalu
perutnya yang datar dan rata karena hobbynya aerobic dan fitness, dan
pantatnya yang aduhai montoknya, tadi saja saat kupegang waktu slow
dance mantap banget rasanya.
Eh lagi enak-enak berhayal
begitu, tiba-tiba pintu kamarku diketok. Tok.. tok.. tok.. cuma tiga
kali dan tidak kencang. Karena kebiasaan menjaga privacy di keluarga
kami, sebelum masuk harus ketok pintu dulu, aku sih tidak pernah
mengunci pintu.
“Siapa?” tanyaku.
“Aku Jon..” jawab suara yang tidak asing lagi, sepertinya berbisik tuh.
Wharakadah! gadis yang sedang kuimpi-impikan muncul mendatangiku friends! Aku terdiam bingung.
“Jon..
elu belum pulas kan?” tanya Fifi dari balik pintu. Lalu diam menunggu
jawabanku. Wah gimana nih.. aku sedang bugil dalam selimut begini. Ah
biarin deh.
“Boleh masuk Jon?” tanya Fifi lagi, padahal aku baru mau menyuruhnya masuk, tapi belum sempat.
“Iya,
masuk saja Fi..” kataku cukup keras supaya jelas terdengar olehnya,
kalau pelan-pelan entar dia tidak jadi masuk lagi, kan bikin sedih
jadinya.
Si Fifipun masuk juga, setelah menutup pintu
kamar, dia berbalik dan, “Jon lampunya dinyalain yah?” tanya Fifi.
Maklum sebelum naik ranjang, lampu terangnya kumatikan, cuma sisa lampu
kecil saja, jadi remang-remang. Wah benar juga idenya, jadi aku bisa
melihat jelas tubuh Fifi, sepertinya cuma memakai baju tidur waktu
bayangannya terlihat saat memasuki kamarku.
“Iya deh..” jawabku, lalu sadar, wah.. entar senjataku yang ngaceng kelihatan dong!
“Eh…” belum sempat aku ngomong lagi, si Fifi sudah menyalakan lampu. “Blar..” terang deh.
Aku
memperhatikan Fifi. Dia memakai baju tidur favoritku, karena model
baby doll, terusan cuma melewati pantatnya dikit, warna kuning muda dan
agak transparan. Biasanya kalau dia berdiri membelakangi lampu sih
kelihatan bentuk tubuhnya, dan pakaian dalamnya. Kali ini belum
kelihatan, kan lampunya di tengah ruangan, sedang dia masih dekat pintu.
“Ada
apa Fi?” tanyaku bingung juga dan heran, ada apa malam-malam waktunya
tidur begini dia datang yah? Kalau masih sore sih aku tidak heran,
paling dia mau nanya soal komputer atau soal mobilnya.
“Eh sebelumnya sorry loh Jon..”
“Kenapa?” langsung kupotong saja.
“Aku
kan belum ngasih kado buat elo.. kagak kepikir mau ngasih apa sih.”
lanjut si Fifi mencoba senyum menghiburku kali. Wah bener juga.
Aku
memang tidak sempat memikirkan Fifi ngasih kado atau tidak, dia mau
slow dance denganku saja rasanya aku happy banget. Lalu sekarang mau apa
lagi nih? “Ah nggak apa-apa Fi.. nggak masalah soal kadonya.. aku
punya kakak sebaik elu saja sudah merupakan kado yang indah setiap
hari..” kataku. Lalu si Fifi berjalan menghampiri ranjang sambil
melihat mataku terus. Wah untung tidak melihat ke arah juniorku. Masih
ngaceng man! banyangkan sendiri deh cewek kece, seksi sedang berada di
dekat kamu, di ranjang yang sedang bugil. Dan sambil tersenyum manis
sekali pada kamu.
Sewaktu dia makin mendekatiku, aku
menggeser ke tengah ranjang, jadi dia bisa duduk di tepi ranjang kalau
memang mau ngobrol agak lama. Nah saat makin dekat itulah lampu kamar
dibelakangi olehnya. Wow.. bayangan mulus tubuhnya yang sempurna sekali
(nggak kayak gitar kok, tapi melengkung dan meliuk indah) makin jelas
saja terlihat. Benar saja dia duduk dekat pinggangku, persis sebelah
pinggang dan juniorku yang ngaceng berat. Selimutku yang bergeser
membuat si junior mengangguk-angguk kegelian karena gesekan itu. Tangan
kiriku yang masih dalam selimut terpaksa harus memegangi si Junior
nih. Fifi berlagak tidak melihat dan tetap senyum manis sekali.
“Jon..
aku mau ngasih kado spesial buat elu, tapi.. elu nggak boleh cerita
sama siapapun juga, setuju?” Langsung saja aku mengangguk, walaupun
bingung menduga-duga kado spesial apaan, apakah Blow Job? Belum tentu,
terusin saja baca ceritanya.
“Janji yah Jon..”
“Saya berjanji, Fifi kakakku tersayang..” kataku menegaskan dari sekedar mengangguk.
“Jon, Fifi mau tahu.. kamu beneran belum pernah pacaran? maksudnya nge-date berduaan ama cewek?” tanya dia.
“Bener
Fi.. kan tiap malam minggu, kalau kagak ada pesta ultah, yah aku di
rumah saja kok surfing di internet, kamu sih kelayapan melulu malah
ninggalin aku sendirian kalau malam minggu” kataku, dia senyumnya makin
lebar.
“Jadi belum pernah pegang-pegang tubuh cewek dong?” tanyanya lagi, memancing dikit.
“Yah pegang sih belum cuma kalo melihat sering?”
“Oh yah? dimana?” tanya Fifi kaget sedikit.
“Di
internet..” jawabku cepat, memang betul sih. Dia tersenyum lagi..
heran kayaknya makin lama melihat Fifi tersenyum makin manis saja tuh
senyumnya, wah aku rasanya makin senang dan happy sekali melihat
bibirnya yang tersenyum.
“Jadi yang real dan asli belum pernah
dong?” kata Fifi masih dengan tersenyum. Bagiku ini bukan ledekan, tapi
ucapan tulus kakak pada adik yang memang akrab. Aku mengangguk.
“Fifi
mau kasih hadiah khusus, tapi kamu harus janji tidak boleh
ngapa-ngapain kalo kagak disuruh. Mau nggak?” tanya Fifi, kakak
tersayangku ini. Aku mengangguk.
“Eh janji dulu..”
“Iya deh Joni janji Fifi sayang..” kataku memuaskan keinginan Fifi.
“Siap menerima hadiah?” tanyanya lagi sambil menegakkan badannya yang tadinya duduk santai.
Aku mengangguk lalu berkata, “Siap boss..”
Fifi
kemudian menaiki ranjang, sambil tangannya mendorong perlahan tubuhku
untuk bergeser sedikit. Ranjangku sih ukuran 160 lebarnya, jadi muat
saja kalau mau tidur berduaan. Lalu Fifi berlutut tegak di sampingku,
memandang mataku lekat-lekat masih dengan senyum manisnya. Kemudian
secara perlahan-lahan dia mengambil ujung bawah baju tidurnya. Ops..
Fifi terlupa sesuatu.. buru-buru dia turun ranjang dulu, menuju ke
lemariku yang ada componya, dia pilih buru-buru salah satu CD lalu
diputarnya. Nah muncul lagu romantis, dipasangnya cukup keras tapi tidak
mengganggu keluar ruangan. Mungkin sekedar supaya pembicaraan kami
tidak terdengar saja kali. Lalu dia berjalan ke pintu dan mengunci
pintu.
Aku merasa sedikit heran, mau ngapain nih. Si Fifi
balik lagi ke sampingku, berlutut di atas ranjang sambil melenggok
menari mengikuti irama lagu. Tangannya balik lagi memegang ujung bawah
baju tidurnya dan mulai memilin sedikit-sedikit, lalu menarik perlahan
ke atas. Wah ini sih striptease. Kutungguin saja deh. Begitu bawah
bajunya mulai naik setinggi bawah selangkangannya, aku makin deg-degan!
Cepat sekali naik lagi perasaanku. Lalu muncul celana dalamnya yang
transparan dan seperti tadi waktu dansa berbentuk V dan sebagian besar
tali. Warnanya sih hitam, ada merahnya sedikit persis ditengah dekat
bawah pusarnya, eh tuh merah bunga kecil, cuma satu.
Gila
friends.. bulu kemaluannya terlihat. Belahan kewanitaannya sih
terbayang dalam bungkusan CD halus itu yang mengikuti bentuk bibir
kemaluannya. Wow.. sialan aku janji tidak boleh ngapa-ngapain. Wah
pingin sekali untuk menjamahnya. Tangan kiriku terpaksa memegangi
juniorku deh. Makin keras saja ngacengnya nih.
Makin
tinggi Fifi menarik bajunya, semakin jelas tubuh putihnya terlihat.
Begitu bagian bawah payudaranya muncul. Wow.. aku sampai menelan ludah.
deg-degan makin keras. Ops.. sial ada BH-nya! Eit tunggu dulu, BH-nya
seru banget.. juga hitam transparan dan puting susunya yang kuduga
besar, benar saja muncul dan terlihat jelas, kali ini aku tidak perlu
menebak-nebak lagi, ternyata warnanya merah sedang, nggak pink sih,
lebih tua sedikit tapi tidak coklat gelap. Saat bajunya melewati
kepalanya, aku ingin sekali memegang payudaranya. Tapi ingat janji.. wah
brengsek.. padahal si Fifi kan tidak melihat.
Dan saat
bajunya sudah lolos melewati kepala, Fifi langsung membuangnya ke atas
karpet kamarku. Tangannya kembali turun lagi yang membuat payudaranya
terlihat dan berbentuk semakin menonjol saja. Gile bener.. sss.. alamak
nggak tahan nih.. Kemudian Fifi menggeser posisi berlututnya kali ini
dia mengangkangiku. Wow.. sepertinya aku semakin tidak tahan deh. Mana
tangan kiriku sudah tidak lagi memegang si Junior lagi dan dengan
posisi baru ini otomatis Fifi menindih perutku. Dia masih bergerak
meliuk dan menari. Mungkin tidak nyaman menari di atas selimut, dia
menggeser dulu lalu mendadak menyingkapkan selimut untuk membuangnya.
“Eit..
sorry Jon.. aku nggak tahu elu kalo tidur juga bugil!” kontan kedua
tanganku menutupi juniorku. Tapi mana bisa.. lah lagi siaga satu gitu
kok. Lagi pula dia ngomong dengan kalimat ..juga bugil! Wah dia kalau
tidur bugil dong?! kenapa tidak dari dulu aku masuk kamarnya kalau dia
sedang tidur.
Karena aku diam saja tidak berkata apa-apa,
Fifi balik lagi berlutut di atas perutku menghadap wajahku dengan
sebelumnya mengambil tanganku untuk melepaskan pegangan yang menutupi
si Junior. Terpaksa tanganku posisinya seperti orang menyerah kalau
berdiri, kutaruh di samping kepala. Sepertinya Fifi sedang bergerak
menari sambil membuka BH-nya deh.. tapi susah atau sengaja susah
membukanya?
“Fi.. boleh aku bantuin membuka BH kamu?”
“Memang
kupikir tadinya mau nyuruh elu yang bukain.. tapi gue kagok..” lalu
sambil berkata begitu dia rebahan dikit, tangannya menopang tubuhnya di
samping kepalaku, dengus nafasnya dekat sekali menyapu wajahku. Karena
posisi berlututnya di perutku, yah mulut dan hidungku cuma kebagian
lehernya saja. Wah wangi juga lehernya.. tanganku mulai memeluknya dan
mencari kaitan BH-nya di punggungnya. Biarpun sudah ketemu sengaja aku
lama-lamain. Enak gila.. memeluk tubuh hangat cewek kece seperti ini.
“Ayo
Jon.. jangan nakal, hadiahnya masih banyak..” kata Fifi lalu menggeser
tubuhnya yang berada di atasku sehingga menurun sedikit dan wajahnya
berhadapan dengan wajahku. Alamak.. dengus nafasnya yang menyentuh
wajahku membuatku konak lagi dan semakin bernafsu. Tidak tahu siapa
yang memulainya, tahu-tahu bibir kami nempel dan lidah Fifi menyapu
bibirku. Sepertinya sih Fifi juga nafsu sekali mau menciumku kali,
habis wajahku tetap lurus, tapi wajahnya miring-miring kok. Nah kan dia
yang berusaha lebih keras buat menciumku toh?
“Blp.. buka
mulutnya Jon.. aku ajarin ciuman..” kata Fifi. Lalu kuikuti membuka
mulut, membiarkan lidah Fifi masuk ke dalam mulutku. Dia menyapu gigi
depanku, lalu lidahku didorong-dorong dan dibolak-balik segala, dan
malah lidahku dikitik-kitik dengan lidahnya juga. Wah seru juga loh,
tukar-tukaran ludah.
Aku lupa bahwa tanganku sudah melepas
BH-nya apa belum yang jelas tanganku mengusap punggungnya dengan bebas
tanpa ganjalan BH segala. Kuusap-usap terus punggungnya yang mulus dan
hangat. Dada kami sih masih terpisah oleh BH-nya. Ops.. baru aku
bilang masih terpisah, Fifi menarik BH-nya untuk disingkirkan. Sambil
ciuman begitu, otakku mikirin bagian bawah kami. Wah senjataku
tergesek-gesek sama celana dalam mini si Fifi nih, sakit dikit sih,
lecet nggak yah?
“Fi.. boleh aku lepasin celana dalam elu
nggak? kontol gue sakit kegesek-gesek.” kataku melepaskan ciuman
sekejab. Akibatnya malah lepas terus-terusan tuh.
“Eit.. jangan nakal dulu. Sudah bisa ciuman yang kuajarin?”
“Iya boss..” jawabku.
“Elu
diam saja yah..” kata Fifi. Lalu dia bergerak semakin turun. Kali ini
sampai dia duduk di kakiku. Dia persisnya menduduki bagian ujung
kakiku, nggak diduduki habis sih, dia bersimpuh sedikit, sambil bergerak
perlahan-lahan wajahnya ikutan turun sambil mencium badanku juga. Geli
sekali loh, apalagi waktu dia mencium putingku. Wow.. sampai kupegang
kepalanya gara-gara geli. Untung dia tidak marah. Waktu hidungnya kena
bulu kemaluanku, makin geli dan si Junior mulai kena dengusannya dan
dikecup kepalanya, sepertinya sih kena mata tunggal di kepala si Junior
tuh.. geli banget sih.
Gila friends.. kali ini kuduga bakal dapat pengalaman
dikaraokein deh, aku mau menikmati rasanya di karaokein kakak tersayang
ini. Dimulai dengan jepitan erat bibirnya pada kepala kemaluanku,
rasanya sukar dilukiskan, yah geli-geli enak deh. Apalagi waktu bibir
itu masih dalam jepitan erat bergerak turun menyentuh lingkaran helm
senjataku. Wah rasanya mau ngecret saat itu. Gile bener.. untung
juniorku tahan juga.
Apalagi sensasi yang timbul saat
bibir Fifi makin turun menjalari batang juniorku yang keras dan penuh
urat-urat. Waduh, gesekannya sukar dilukiskan (namanya juga pertama
kali) apalagi saat itu juga helm di kepala kemaluanku dijilati oleh
lidah hangat Fifi. Wow.. mana tahan, beneran mau ngecret rasanya.
Dan
saat jepitan erat bibir Fifi, kakak tersayangku ini semakin turun
kearah bulu-bulu kemaluanku yang mulai memenuhi pangkal senjataku, ujung
kepala helm si junior juga menyentuh daging halus dan lembut
langit-langit tenggorokan Fifi. Weleh.. weleh.. gila man.. nikmat
sekali! dan, “Cret.. cret.. cret.. cret.. cret..” beberapa kali aku
ngecret. Kulirik ke sana, si Fifi melirikku juga, gile pandangannya
itu.. wow.. sexy sekali.. (sering aku membanyangkan dan terbayang-bayang
terus wajah Fifi saat dia sedang mengkaraoke barangku) Gile deh, masih
muda gini si Fifi sudah jago mengisap senjataku. Dia suka lagi.. tidak
setetespun cairan maniku yang meleleh dari mulutnya. Wah di Bohongin
film tuh, paling yang sampai meleleh gitu yah karena si ceweknya tidak
mau menelan protein yang kita keluarkan, atau mungkin di film tuh sperma
meleleh karena memang asyik melihat dan menonton cairan yang meleleh.
“Fiii…
aduh.. enak sekaliii…” kataku merintih perlahan. Kencang-kencang takut
orang tuaku mendengar lagi. Gile loh.. ini taboo, pamali.. incest.
“Jon.. hadiahnya belum selesai.. ini baru foreplay-nya buat elu…”
Hah..! Gile bener.. apalagi nih?
“Elu
basahin memekku dengan ciuman yang tadi aku ajarin yah? sementara aku
bikin burung elu tegang lagi.” kata Fifi lalu berdiri dan membuka
CD-nya secepat kilat.
Kemudian dia menungging mengambil posisi 69
persis seperti gambar-gambar di internet yang kulihat kalau ada
pasangan yang saling mengisap.
Begitu Fifi dalam posisi
mengangkang dengan pahanya terbuka lebar, harum liang kewanitaannya
langsung tercium olehku. Gile bener.. nikmat sekali.. enak loh mencium
bau khas liang kewanitaan cewek, wah pantesan banyak gambar orang lagi
ismek dan jimek yah? Mula-mula kujilati dulu belahan liang kewanitaan
si Fifi yang terlihat sudah mulai basah, lalu setelah beberapa kali
dijilat dengan ujung lidah sampai badan lidahku juga, gelambir bibir
luar si Fifi yang warnanya kemerahan dikit itu mulai membuka dan
melebar. Nah habis itu jangan lupa pasti sasaran kita bibir dalam
mungil yang warnanya pink. Sebelumnya pastikan lagi deh, jilati terus
dari batas liang kewanitaan luar paling bawah dekat perbatasan anus
sampai arah klitorisnya, tentu dengan jilatan panjang tanpa terputus,
dijamin kegelian tuh cewek yang kita jilati. Nah begitu diulang
beberapa kali.. asyik.. terasa kan sari buah segar dari tubuh cewek
seperti yang kulakukan pada Fifiku ini, kalau terasa juice-nya mulai
berkurang kan kurang asyik, ganti lagi dengan mengulum seluruh bibir
luarnya yang melambai-lambai, yah mengulum dan menghisap lah, terus
sambil sedikit jilat dan sedot terus, sehingga sisa juice dari tubuhnya
dan sedikit sisa pada lidah kita tetap saja bisa kita nikmati terus.
Biasanya cewek kegelian dan memproduksi lagi juice alami ini dari dalam
tubuhnya. Wow.. asyik pasti deh kalau normal sama-sama menikmati kita
dapat bonus lagi banyak juice.
“Aaahh.. enak Jon.. terus.. terus..” kata Fifi.
“Iya Fi.. blp.. aku juga keenakan.. slup.. slup.. dikaraokein elu itu.. slup..” jawabku.
“Blp..
blp.. ehm.. blp.. blp..” tidak jelas deh apa jawaban Fifi, yang jelas
aku ingin sekali hadiahnya berlanjut terus sekalian juga aku membalas
kenikmatan pada si Fifi dong, biar adil.
Saling jilat dan isep
yang kami lakukan kuulangi lagi. Kali ini kutambah dengan jurus baru,
gara-gara melihat gambar di internet (wah lihat gambar porno berguna
juga kadang-kadang yah?). Aku mencoba memasukkan lidah ke dalam liang
senggama si Fifi yang mungil tempat keluarnya juice nikmat tadi. Lubang
itu sih terlihat nafsuin banget. Jelas terlihat empot-empotan membuka
menutup dengan gerakan-gerakan merangsang nafsuku. Karena batang
kejantananku letaknya jauh, yang paling praktis yah lidah dong.
Kudorong-dorong saja lidahku memasuki lubang di liang kewanitaan kakak
sexy-ku ini, sambil sesekali jurus-jurus gerakannya kugabung dengan
menjilat celah liang kewanitaan dan mengulum semua bibir bawah si Fifi.
Wah nikmat sekali, untung si Fifi sudah memberi kursus kilat cara
ciuman dan kulum-kuluman.
Sukar dilukiskan kenikmatan yang
kudapatkan deh, bayangkan saja, kakakku yang sexy sedang mengkaraoke
senjataku, sambil liang kewanitaannya kujilati.
“Jon..
kayaknya elu sudah siap menerima hadiah lanjutannya nih,” kata si Fifi
yang buru-buru bangun dan ganti posisi, kali ini dia berjongkok di atas
pinggangku. Hehehe.. dia yang tidak tahan tuh. Asyik.. pasti aku akan
bersenggama dengan kakak cantikku ini. Yang jelas sih memang batang
kejantananku tidak ciut-ciut tuh. Alasan si Fifi saja untuk membuat
liang kewanitaannya lebih basah dulu supaya kami bersetubuhnya lebih
gampang, daripada alasan membuat juniorku ngaceng lagi
Dengan
satu tangan memegang juniorku dan satu tangan lagi membuka celah liang
kewanitaannya, Fifi menunduk melihat jelas-jelas supaya tidak meleset
adegan persetubuhan kami yang pertama ini. Aku juga sampai menaikkan
kepala kok walau sudah diganjal bantal tinggi. Gila kelihatan banget
bibir kemaluan Fifi yang membuka dan siap disusupi oleh batang
kejantananku yang ngaceng berat. Si Fifi perlahan-lahan menurunkan
pinggulnya dan juniorku, helmnya terasa menyentuh belahan hangat basah
liang kewanitaan Fifi. Makin si Fifi menurunkan pinggulnya, helm si
Junior semakin tidak terlihat dengan perasaanku yang semakin keenakan.
Si
Fifi yang tidak sabar begitu helm si Junior hilang dari pandangannya
langsung menduduki pinggulku, yah sudah amblaslah seluruh batang tubuh
si Junior dan batang kejantananku itupun lenyap dari pandangan.
“Aow…
sakit Fi..” maunya aku sih teriak, habis mendadak gitu kulit batang
kejantananku tertarik oleh jepitan erat dinding kewanitaan si Fifi.
Terasa sekali gesekan dan tarikan kulit itu loh.
“Sstt.. jangan
berisik.. aku juga sakit Jon.. kurang pas kali..” kata si Fifi lalu dia
mencabut batang kejantananku dengan mengangkat pinggulnya lagi. Waw..
kenikmatan yang dirasakan tidak terlukiskan deh. Tidak sampai lepas
semuanya, kali ini si Fifi menggoyang-goyang dulu pinggulnya sedikit
untuk memperlancar pelumas atau arah yang tepat, aku tidak tahu deh.
Lalu dia menurunkan lagi perlahan saja dulu. Nah ini baru mantap.. Pas
masuknya. Sambil si Fifi goyang kiri kanan dikit dan maju mundur dikit,
akhirnya batang kejantananku terbenam mantap di dalam liang kenikmatan
kakak tersayangku. Duh.. ujung batang kejantananku menyentuh apaan
yah? Jangan-jangan rahimnya kali!
“Oohhh.. Joni sayang..”
si Fifi kakakku ini diam tidak bergerak lagi punggulnya tetapi bagian
atas tubuhnya rebah menindihku. Dadanya yang padat berisi, menindih
dadaku, dan wajahnya dekat sekali di depan wajahku.
“Fi.. gue
boleh mengusap-usap badan elu nggak?” aku bertanya, takut melanggar
janji. Dia tersenyum lalu mengangguk saja, dan buru-buru mulutku di
cipok. Keras! bibirku sampai terbetot karena menciumnya dengan sedotan
segala. Belum kaget aku atas kejadian itu, dia mencium lagi kali ini
bibirku dilumatnya dan kamipun bersilat bibir lagi.
Aku tersadar akan ujung si junior yang menyentuh sesuatu di dalam sana.
“Fi..
elu bisa hamil nggak nih?” tanyaku dengan nada khawatir. Lah iya..
gila kali menghamili kakak sendiri, bersenggama dengan kakak kandung
saja sudah perbuatan gila-gilaan. Apalagi sampai hamil.
“Tenang Jon.. baru saja gue selesai mens kok tadi pagi baru bersih..”
Hah?
aku yang melongo.. pantesan saja dia juga sakit waktu kami baru
bersatu tadi walaupun sudah becek sejak kujilati liang kewanitaannya.
“Fi.. elu nggak perawan sejak kapan nih?” tanyaku.
“Eh..
nakal yah tanya-tanya.. nggak usah di omongin deh.. nikmati saja yah
Joni sayang..” kata si Fifi, yah sudah. Tapi kulihat dia jadinya sedih
tuh gara-gara aku bertanya soal itu. Kami memang terdiam jadinya. Fifi
cuma diam saat menindihku tanpa bergerak dengan memiringkan kepalanya
di wajahku. Hidung kami bersentuhan. Aku menikmati sekali saat-saat
ini. Saat-saat indah bersatu dengan kakak tersayangku. Dengusan nafas
halusnya menyapu wajahku juga dengan keharuman nafas segarnya. (wah
jangan-jangan tadi kumur-kumur dengan close-up cair dulu kali nih)
Tanganku mengusap-usap punggungnya yang halus tapi sedikit berkeringat
karena kupegang dalam keadaan lembab. Mungkin posisinya kurang enak, si
Fifi menggerakkan bagian bawah tubuhnya sedikit. Wow.. sensasi dalam
lubang tempat kami bersatu itu nikmat sekali.
“Fifi
kakakku sayang, ngapain lagi nih sekarang..” tanyaku bingung. Nah tanpa
menjawab dia bangkit dari menindih badanku. Kali ini dia benar-benar
menduduki pinggangku. Wow buah dadanya yang mantap memerah karena
tertindih tadi terlihat semakin indah saja. Putingnya juga ngaceng
banget lagi, mancung.
“Nikmati yah Jon, jangan bergerak-gerak pinggulnya..” kata si Fifi.
“Ok
boss..” Lalu mulailah si Fifi bergerak-gerak. mula-mula sih gerakannya
cuma memajumundurkan pinggulnya saja sehingga batang kejantananku yang
terbenam dalam-dalam tidak keluar sedikitpun, tapi didalam sana
rasanya. Wah.. coba sendiri deh komentarku. Kalau aku bilang enak entar
tidak percaya. Pokoknya sukar dilukiskan. Ujung kepala si Junior
terutama helm junior tuh yang menikmati banget gesekan-gesekan di dalam
rongga persetubuhan kami, sepertinya sih menyentuh-nyentuh sesuatu
benda yang agak kenyal? seperti ada dodol bola deh di dalam sana. Apa
iya itu rahim. Kepala si Junior mengelilingi dan menyenggol-nyenggol
dodol bola itu. Gile bener.. sensasi yang ditimbulkan luar biasa
enaknya, beneran loh aku terasa banget dan yakin, lubang kecil di helm
si junior menyentuh dan disentuh sesuatu di dalam sana.
“Oohhh Jon..”
“Ya.. Fi..”
“Oohhh Jon.. Sayang..”
“Ya.. Fifi sayang..”
“Jon.. aaahh..”
“Ya Fifi kakakku tercinta.. eugh..”
“Oohhh Jon.. Sayang.. enak sekali.. kamu enak Yang?”
“Ya Fifi sayang… wah nikmat sekali aaah.. enak Fi..”
“Pegang dan remas-remas tetekku dong Jon..” kata si Fifi dengan manja.
“Wah tetek kamu mantap banget Fi.. pas susunya.. kenceng lagi..” pujian jujur dariku keluar deh.
“Oohhh Jon… terus Jon.. lebih kuat remasnya..”
“Ya Fi.. lebih enak?”
“Ooohh Jon.. terus Jon.. putingnya juga..”
“Oohhh.. aahhh Joniii..”
“Eh
Fi.. jangan kenceng-kenceng..” kataku khawatir juga, habis makin lama
semakin kenceng saja desahan dan suara Fifi yang keluar dari bibir
sexy-nya itu.
Kali ini Fifi menunduk deh jadinya, mulutnya
mencium mulutku lagi, nah suaranya kan cuma nafas doang tuh. Wah ada
yang seru lagi. Kali ini Fifi mulai menggerakkan pinggulnya naik turun.
Gila, rasanya gesekan batang kejantananku pada dinding liang
kewanitaan Fifi yang menggenggam erat itu loh. Waw.. enak gila.. lebih
enak dari Frozz deh. Sensasi yang di timbulkan sampai naik ke kepalaku,
buktinya waktu melewati leher dan mulut nafasku semakin menderu-deru.
Terbukti dong semakin enak.. asyik loh.
Cukup lama juga
Fifi melakukan olahraga turun naik di atas pinggangku, pasti dia capek
juga, habis biarpun AC kamarku dingin punggungnya keringatan tuh.
Tanganku sampai basah telapaknya waktu mengusap-usap terus dari tadi.
Tiba-tiba saja Fifi menggerakkan pinggulnya semakin cepat dan makin
keras menghujam kearah batang kejantananku, makin mantap deh
tusukan-tusukannya. Lalu lidahku disedot kuat-kuat dan dia roboh lemas
setelah tegang-tegang dikit sebelumnya. Wah…. ini orgasme kali yah? Kok
aku kaga ngecret sih kata siapa orgasmenya cewek dan cowok mesti
barengan?
Aku iseng ah, walau tidak disuruh kugoyang
pinggulku menyodok naik dikit. Habis si Fifi diam sih, padahal tadi
lagi asyik menggoyangkan pinggulnya.
“Oohhh Joni.. sayang.. nakal yah.. tapi enak Jon.. enak sekali.. iya terus Jon.. kamu enak Yang?”
“Ya.. Fifiku sayang.. kamu sudah orgasme yah.. wah licin nih Fi jadinya tapi nikmat juga kok aaah.. enak Fi.. enak sekali..”
“Iya
Jon.. tadi aku mencapai surga tuh.. lidah elu nggak kegigit kan?”
tanya si Fifi. Wah dia tidak sadar tadi menyedot kuat-kuat lidahku, dan
dugaanku dia mencapai orgasme ternyata benar. Wah untung tidak digigit
ya lidahku. Kalau tidak saat dia lupa gitu salah-salah aku jadi si bisu
Joni lagi hehehe… habis lidahnya putus.
“Jon.. biar elu
lebih menikmati hadiahnya, ganti posisi yah?” tawar si Fifi padaku.
Asyik.. doggy style boleh aku praktikkan nih.
“Gaya nungging yah Fi?”
“Elu mau gaya begitu?”
“Iya Fi.. kayak di foto dalam internet.”
“Hayo deh berhubung ini hadiah..”
Kamipun
berganti gaya jadi doggy style. Cuma sebentar saja, walaupun seru aku
melihat Fifi dari belakangnya, dengan kulit punggung mulus walau
berkeringat, pinggangnya yang ramping dan buah pantatnya yang besar
jelas pemandangan indah tersendiri. Tapi.. ada yang bikin gaya ini jadi
sebentar. Setiap kali kusodok maju batang kejantananku semakin ke
dalam rongga liang kewanitaan si Fifi, dia seperti tersendak kesakitan.
“Kamu nggak enak yah Fi?” tanyaku pelan-pelan takut menyakiti kakak tersayangku.
“Nggak
pa-pa, terusin saja, yang penting kamu senang..” jawab Fifi,
weleh-weleh.. baru dua sodokan lagi reaksinya sama saja, kesakitan. Wah
aku tidak mau jadi adik tidak berbudi. Dikasih hadiah sangat nikmat
begini masak dengan tega menyakiti kakak tersayang sih?
“Fi.. ganti gaya lagi deh.. gaya apalagi yang kamu mau dan kamu anggap akan menyenangkan Joni?”
“Oh..
Joni sayang.. aku bener-bener sayang sama elu Jon..” kata Fifi begitu
mengakhiri persetubuhan kami dan berbalik menghadap dan memelukku
dengan erat. Lagi-lagi aku di cium olehnya, kali ini sebentar saja lalu
dia mengambil posisi persis di tengah ranjang dan mengangkang
lebar-lebar, dengkulnya ditekuk naik sampai dekat kepalanya.
Wah..
ini posisi surga bagiku. Gile bener.. melihatnya saja si Junior
terkejut. Bibir luar liang kewanitaan Fifi otomatis merekah (karena
indahnya bentuk bibir itu kadang-kadang ada yang mengumpamakan sebagai
bunga yang merekah) bibir dalamnya yang berwarna pink dan tidak kalah
sexy-nya di mataku ikutan merekah juga, membuka gerbang surganya yang
berupa lubang hitam menantang untuk ditutupi oleh batang kejantananku.
Aku
dengan masih berlutut bergerak mendekati pintu surga itu, dan dengan
posisi sedikit berlutut itulah kutempelkan juniorku di pintu surga yang
gelap itu. Kugesek sedikit seperti dalam BF lalu karena memang masih
becek-becek dikit yah lancar saja kucelupin si junior dan batang
kejantananku itu semuanya. Waw.. gesekan dinding liang kewanitaan
kakakku ini masih saja mantap dan kesat, seret juga malah.
“Aahhh..” si Fifi malah yang bersuara.
“Enak Fi?”
“Iya gerakin keluar masuk dong Jon..”
Aku
menurut deh, kugerakkan pelan-pelan saja. Tips; gerakkan ini sebaiknya
divariasikan antara gerakan menusuk dengan seluruh tubuh dan gerakan
menusuk menggunakan pinggul saja. Dengan gerakan pinggul saja tusukan
batang kejantanan kita semakin dalam loh! dan semakin membuat cewek
kita keenakan. Kata salah seorang teman cewekku sih, membawa cewek
tembus surga ke-7. Apalagi dengan tusukan perlahan-lahan tapi mantap.
Gocekan kiri kanan saat menusuk sebaiknya memang melingkari dodol bola
di dalam sana, alias memoles seluruh permukaan bola dodol itu. Waw..
gocekan begini selain kitanya enak juga, kujamin, cewek normal akan
segera mencapai orgasme dengan cukup cepat. Asal jangan lonte saja deh
yang sudah kecapekan melayani langganan (dulu-dulu juga hooker high
class senang sama aku gara-gara mereka ngakunya mencapai orgasme dengan
teknikku ini, maklum si Joni pantang mencapai orgasme dibawah 1/2 jam,
biasanya malah lebih 1 jam, yang penting mengatur pernafasan dan
pikiran kita).
Memang tidak lama berlangsung, si Fifi
kakak tersayangku ini buru-buru melebarkan kakinya lagi dan tangannya
buru-buru meraih leherku untuk diciumi lagi. Gila ciumannya buas
sekali, cepat dan srobotan terus. Pokoknya ciuman buas yah begitulah
kali. Tiba-tiba saja aku yang tetap mengatur enak-enak tusukan mantap
dalam persetubuhan kami terkaget lagi. Bibirku disedot keras lagi. Kali
ini karena aku tahu bahwa si Fifi mungkin mencapai orgasme. Aku siaga,
sengaja mulutku makin merapat, menjaga giginya kalau-kalau menggigit.
Berhasil.. tidak kena gigit.
“Oohhh Jon.. sayang.. enak sekali.. ooohh Jonii.. sss.. kamu enak Yang?”
“Ya.. Fifi sayang.. aahhh.. nikmat sekali Fi.. aaah.. enak Fi..”
“Gila Jon.. elu belum mau keluar lagi yah?” tanya si Fifi setelah agak reda capeknya.
“Adik
siapa dulu dong?” wah sempat-sempatnya kami yang sedang bercumbu
begitu bercanda juga. Tuh hidungku dipencet si Fifi yang masih dalam
posisi mengangkang heboh dan kutusuk, eh pompa deh.
“Enak nggak Jon hadiahku?”
“Bukan enak lagi Fi.. indah dan bagus sekali.. aku nggak mungkin bisa membalas hadiah seperti ini..” jawabku.
“Ah Joni.. Joni.. adikku sayang.. kalau bukan adikku.. aku mau aja deh pacaran sama elu Jon..”
“Loh memangnya sekarang kagak bisa apa?”
Akhirnya sambil bercinta dengan hot terus sebelum aku ngecret lagi kami ngobrol-ngobrol sedikit.
Aku
tidak menyinggung soal keperawanan dan pacarnya sekarang. Dia cuma
cerita batang kejantananku adalah yang terpanjang dan terbesar yang
pernah dia rasakan, padahal dia baru mencoba 2 batang kejantanan selain
punyaku.
“Fi.. gara-gara cerita ngesek dan soal batang kejantananku yang super menurut elu, kayaknya aku mau keluar lagi nih..”
“Aahhh..
Joni.. Sayang.. jangan takut.. aku sayang banget sama elo Jon..
silakan saja keluarkan di dalam rahimku Jon.. jangan khawatirkan
apa-apa..” kata si Fifi sambil mengusap-usap perutku segala sekaligus
mengusap-usap wajahku. Ah mana tahan aku melihat wajah manisnya yang
cantik dan tersenyum terus melihatku. Kupompa semakin cepat dikit deh
dan dalam-dalam setiap tusukannya.
“Oohhh.. oh.. ah..
ahhh.. heh.. heh.. eh.. eh..” begitulah suara kami berdua akhirnya
gara-gara aku mempercepat irama persetubuhan kami. “Jonn.. aku keluar
lagi nih.. aaahh Joniii…” Wah tampang sexy si Fifi saat mencapai
Orgasmenya yang ketiga kali ini tidak bisa kutahan lagi deh, apalagi
wajahnya yang memerah berusaha tetap tersenyum senang dan tidak
memejamkan matanya tapi melihat ke dalam mataku. Wah.. sudah nyobain
belum bersetubuh sampai ceweknya mencapai orgasme tapi tidak merem tuh
cewek, nah tampangnya cewek begitu menurutku adalah tercantik darinya.
Dan biasanya nikmat melihat wajah cewek saat mencapai orgasme,
sepertinya lebih enak dari orgasme itu sendiri bagiku. Makanya hobiku
bikin orgasme cewek, bukannya aku orgasme duluan, tidak sedikit kok aku
malah tidak orgasme saat bersatu dengan cewek. Sweer.. mula-mula
kupikir aku impoten, tetapi ternyata sebagian cewek bilang malah aku
terlalu perkasa urusan ranjang dan senggama begitu, Well nggak tahu
deh, walaupun hobby bercinta, kupikir tidak perlu setiap bersenggama
khta mengeluarkan sperma dong?
“Cret.. cret.. cret..”
entah berapa kali saat ini aku ngecretnya. Yang jelas cairan hangatku
menembak bola dodol dalam medan tempur kami berdua. Wah saat terkejut,
begitu kenikmatannya sukar dilukiskan juga loh. Aku sampai roboh
kecapaian dalam pelukan si Fifi yang masih ngangkang terus.
“Oohhh Fifi sayang..”
“Yah.. Joni adikku sayang..”
“Hadiah kamu tak ternilai Fi..”
Malam
itu kami tidur seranjang. Bohong besar kalau aku cerita senggama
sampai pagi. Aku kecapaian kok. Sepertinya waktu baru berbaring
sama-sama sebelum tidur, karena kami sama-sama capek untuk matiin lampu,
aku melihat hari sudah pukul 3 pagi.
Dalam
ngobrol-ngobrol sebelum pulas, sepertinya si Fifi cerita, perawannya
hilang waktu SMA kelas 2, saat pergi ke luar kota barengan kakak kelas
lalu sekarang ini sehabis menikmati dan tahu si Fifi tidak perawan
lagi, pacarnya yang di kampus mulai menjauhinya, jadi dia kosong tuh
saat ini, belum ketemu cowok yang sreg.
Dan sebelum pulas
kami juga berandai-andai, siapa tahu saja bisa sama-sama terus setiap
malam minggu pergi barengan saja. Soal tidur malam sih, sepertinya
pintu penghubung antar kamar kami mesti dicari kuncinya tuh, maklum
sudah lama tidak pernah dibuka.